KUTACANE - Perkumpulan Petani Kawasan Kaki Gunung Leuser (PPKK-GL) yang beranggotakan seratusan orang melakukan demonstrasi ke gedung DPRK Aceh Tenggara (Agara) di Kutacane, Selasa (28/4). Mereka menuntut pengurus Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditangkap dan lahan yang sudah dikelola warga di kaki gunung tidak dieksekusi. Para petani berkumpul di pelataran parkir stadion Haji Syahadat Kutacane sebelum menuju gedung dewan yang berjarak sekitar 300 meter. Mereka datang membawa soundsystem dan mengusung sejumlah poster, di antaranya bertuliskan: “Usir Balai Besar Tanaman Nasional Gunung Leuser, “Jangan Eksekusi Lahan Kami” dan sejumlah hal lainnya. Ketua DPRK Agara, Irwandi Desky, Wakil Ketua Bukhari dan anggota dewan lainnya ikut menyambut kedatangan para petani yang mengadukan nasibnya. “Mereka menjual isu hutan lindung dan satwa Leuser ke luar negeri, hanya untuk mencari uang, sementara rakyat menjadi korban,” ujar Muslim, salah seorang demonstran dalam orasinya di depan gedung dewan. Dia meminta anggota DPRK Agara, DPRA dan DPR-RI yang sudah dipilih rakyat agar berpihak kepada rakyat kecil dan tidak hanya diam di balik meja. Yashut, anggota PPKK lainnya meminta konflik lahan Leuser harus diselesaikan melalui dialog, bukan dengan kekerasan, seperti beberapa waktu lalu. “Jika hukum ditegakkan, maka pengurus Balai Besar TNGL menjadi pihak pertama yang harus ditangkap, karena tidak melakukan rehabilitasi hutan Leuser selama tujuh tahun,” ujarnya. Dia menegaskan, rakyat hanya berusaha di lahan satu sampai dua hektare, tetapi dikejar-kejar, sedangkan pemodal yang menggarap puluhan hektare tidak ditindak. Yashut mengungkapkan pemerintah tidak melakukan rehabilitasi lahan bekas ilegal logging (pembalakan liar), sehingga warga tertarik untuk bercocok tanaman di TNGL, karena subur dan telah menjadi lahan tidur. Dalam orasinya dibawah pengawasan ratusan personil polisi dan Satpol PP, dia menilai pengelola BBTNGL lalai dalam melaksanakan tugas.(srb i)
Komentar
Posting Komentar